Ki Hajar Dewantara [ Perjalanan
hidup Ki Hajar Dewantara benar-benar diwarnai perjuangan dan
pengabdian demi kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di
ELS (Sekolah Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA
(Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit.
Kemudian Ki Hajar Dewantara bekerja
sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo,
Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer
dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal.
Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga
mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.
Ki Hajar Dewantara Lahir di
Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.Terlahir dengan nama Raden Mas
Soewardi Soeryaningrat. Beliau berasal dari lingkungan keluarga
kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap
berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi
Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan
gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia
dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.
Ki Hajar Dewantara sebagai Aktivis
Boedi Oetomo
Selain ulet sebagai seorang wartawan
muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun
1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk
mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada
waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa
dan bernegara.
Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr.
Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan
Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme
Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai
Indonesia merdeka.
Mereka berusaha mendaftarkan
organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah
kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur
Jendral Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai ini dengan
menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913.
Alasan penolakannya adalah karena
organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat
dan menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.
Kemudian setelah ditolaknya
pendaftaran status badan hukum Indische Partij ia pun ikut membentuk
Komite Bumipoetra pada November 1913. Komite itu sekaligus sebagai
komite tandingan dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan
Bangsa Belanda.
Kritik terhadap Pemerintah Belanda
oleh Komite Boemipoetra
Komite Boemipoetra itu melancarkan
kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus
tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik
uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut.
Sehubungan dengan rencana perayaan
itu, ia pun mengkritik lewat tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander
Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook
Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga).
Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda yang dimuat dalam surat kabar
de Expres milik dr. Douwes Dekker itu antara lain berbunyi:
“Sekiranya aku seorang Belanda,
aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri
yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan
pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk
menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu.
Pikiran untuk menyelenggarakan
perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita garuk pula
kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku
seorang Belanda. Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan
sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan
ikut mengongkosi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada
kepentingannya sedikitpun”.
Akibat karangannya itu, pemerintah
kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan
hukuman tanpa proses pengadilan, berupa hukuman internering (hukum
buang) yaitu sebuah hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal
yang boleh bagi seseorang untuk bertempat tinggal. Ia pun dihukum
buang ke Pulau Bangka.
Douwes Dekker dan Cipto
Mangoenkoesoemo merasakan rekan seperjuangan diperlakukan tidak adil.
Mereka pun menerbitkan tulisan yang bernada membela Soewardi. Tetapi
pihak Belanda menganggap tulisan itu menghasut rakyat untuk memusuhi
dan memberontak pada pemerinah kolonial.
Akibatnya keduanya juga terkena
hukuman internering. Douwes Dekker dibuang di Kupang dan Cipto
Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau Banda.
Namun mereka menghendaki dibuang ke
Negeri Belanda karena di sana mereka bisa memperlajari banyak hal
dari pada didaerah terpencil. Akhirnya mereka diijinkan ke Negeri
Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman.
Kesempatan itu dipergunakan untuk
mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga Raden Mas
Soewardi Soeryaningrat berhasil memperoleh Europeesche Akte.
Kemudian
ia kembali ke tanah air di tahun 1918. Di tanah air ia mencurahkan
perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan
meraih kemerdekaan.
Ki Hajar Dewantara dan Taman Siswa
Setelah pulang dari pengasingan,
bersama rekan-rekan seperjuangannya, ia pun mendirikan sebuah
perguruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut
Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922.
Perguruan ini sangat menekankan
pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai
bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.
Tidak sedikit rintangan yang
dihadapi dalam membina Taman Siswa. Pemerintah kolonial Belanda
berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar
pada 1 Oktober 1932. Tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya,
sehingga ordonansi itu kemudian dicabut.
Di tengah keseriusannya mencurahkan
perhatian dalam dunia pendidikan di Taman Siswa, ia juga tetap rajin
menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke
pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah
ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan
dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.
Sementara itu, pada zaman Pendudukan
Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan.
Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam
tahun 1943, Ki Hajar duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping
Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur.
Ki Hajar Dewantara setelah
Kemerdekaan
Setelah zaman kemedekaan, Ki hajar
Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan
Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja
diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak
Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari
Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan
Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun
1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan lain yang diterimanya
adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada
tahun 1957.
Dua tahun setelah mendapat gelar
Doctor Honoris Causa itu, ia meninggal dunia pada tanggal 28 April
1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana.
Karya – Karya Ki Hajar Dewantara
Kemudian oleh pihak penerus
perguruan Taman Siswa, didirikan Museum Dewantara Kirti Griya,
Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki
Hadjar Dewantara. Dalam museum ini terdapat benda-benda atau
karya-karya Ki Hadjar sebagai pendiri Tamansiswa dan kiprahnya dalam
kehidupan berbangsa.
Koleksi museum yang berupa karya
tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data
surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik,
budayawan dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm
dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional.
Bangsa ini perlu mewarisi buah
pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan bangsa secara
keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat,
kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus
didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi.
Ki Hajar Dewantara dengan Ajarannya
yang terkenal ialah tut wuri handayani, ing madya mangun karsa , dan
ing ngarsa sungtulada.
Semoga jasa-jasa beliau dalam dunia
Pendidikan akan selalu dikenang sepanjang masa , maka dengan semangat
Pendidikan marilah kita bersama-sama memajukan pendidikan di
Indonesia.
Biografi Harun Ar-Rasyid –
Pemerintahan Emas Islam
Harun Ar-Rasyid lahir di Rayy pada tahun
766 dan wafat pada tanggal 24 Maret 809, di Thus, Khurasan. Harun
Ar-Rasyid adalah kalifah kelima dari kekalifahan Abbasiyah dan
memerintah antara tahun 786 hingga 803. Ayahnya bernama Muhammad
Al-Mahdi, khalifah yang ketiga dan kakaknya, Musa Al-Hadi adalah
kalifah yang ketiga.Ibunya Jurasyiyah dijuluki Khayzuran berasal dari
Yaman.
Meski berasal dari dinasti Abbasiyah, Harun Ar-Rasyid
dikenal dekat dengan keluarga Barmaki dari Persia (Iran). Di masa
mudanya, Harun banyak belajar dari Yahya ibn Khalid Al-Barmak.
Era
pemerintahan Harun, yang dilanjutkan oleh Ma’mun Ar-Rasyid, dikenal
sebagai masa keemasan Islam (The Golden Age of Islam), di mana saat
itu Baghdad menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan dunia.
Di masa pemerintahannya beliau :
*
Mewujudkan keamanan, kedamaian serta kesejahteraan rakyat.
*
Membangun kota Baghdad dengan bangunan-bangunan megah.
* Membangun
tempat-tempat peribadatan.
* Membangun sarana pendidikan,
kesehatan, dan perdagangan.
* Mendirikan Baitul Hikmah, sebagai
lembaga penerjemah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi,
perpustakaan, dan penelitian.
* Membangun majelis Al-Muzakarah,
yakni lembaga pengkajian masalah-masalah keagamaan yang
diselenggarakan di rumah-rumah, mesjid-mesjid, dan istana.
Harun Al-Rasyid Bukanlah Khalifah
Yang Suka Foya-Foya!!
Banyak orang meyakini bahwa khalifah
Bani ‘Abbas, Harun al-Rasyid adalah seorang yang suka hura-hura dan
foya-foya, hidup dalam gelamour kehidupan.
Namun sebenarnya, tidaklah demikian.
Harun al-Rasyid amat berbeda dari kondisi seperti itu sama sekali.
Beliau adalah Abu Ja’far, Harun bin al-Mahdi, Muhammad bin
al-Manshur, salah seorang khalifah Daulah Bani ‘Abbasiah di Iraq,
yang lahir tahun 148 H.
Beliau menjadi khalifah menggantikan
kakaknya, al-Hadi pada tahun 170 H. Beliau merupakan khalifah paling
baik, dan raja dunia paling agung pada waktu itu. Beliau biasa
menunaikan haji setahun dan berperang setahun. Sekalipun sebagai
seorang khalifah, beliau masih sempat shalat yang bila dihitung
setiap harinya mencapai seratus rakaat hingga beliau wafat. Beliau
tidak meninggalkan hal itu kecuali bila ada uzur. Demikian pula,
beliau biasa bersedekah dari harta pribadinya setiap harinya sebesar
1000 dirham.
Beliau orang yang mencintai ilmu dan
para penuntut ilmu, mengagungkan kehormatan Islam dan membenci debat
kusir dalam agama dan perkataan yang bertentangan dengan Kitabullah
dan as-Sunnah an-Nabawiyyah.
Beliau berumrah tahun 179 H di bulan
Ramadhan, dan terus dalam kondisi ihram hingga melaksanakan kewajiban
haji. Beliau berjalan kaki dari Mekkah ke padang Arafah.
Beliau berhasil menguasai kota
Hiracle dan menyebarkan pasukannya di bumi Romawi hingga tidak
tersisa lagi seorang Muslim pun yang menjadi tawanan di kerajaan
mereka. Beliau mengirimkan pasukannya yang kemudian menaklukkan
benteng Cicilia, Malconia dan Cyprus, lalu menawan penduduknya yang
berjumlah 16000 orang.
Harun al-Rasyid wafat dalam usia 45
tahun atau 46 tahun dalam perangnya di Khurasan tahun 193 H.
Referensi : –
http://id.wikipedia.org/wiki/Harun_Ar-Rasyid
–
http://arieksinggih.wordpress.com/2009/02/03/harun-al-rasyid-2/
Biografi
DR Abdul Qadeer Khan – Ilmuwan Pakistan Yang Paling Ditakuti AS
AS
dan negara barat menyebut ancaman yang disebabkan oleh Dr Abdul
Qadeer (AQ) Khan ini, bisa setara dengan Adolf Hitler atau Joseph
Stalin, karena kemampuannya di bidang nuklir. Intelejen barat pernah
menganggap remeh kemampuan Abdul Qadeer Khan. Tapi setelah tiga puluh
tahun membangun Pakistan hingga memiliki kemampuan nuklir, barat dan
AS menjadi khawatir. Khan kemudian disebut sebagai broker teknologi
yang bisa membahayakan dunia. Ilmuwan ini disebut telah menjual
rahasia teknologi nuklir ke Iran, Korea Utara, Libya dan kemungkinan
ke negara lain. Tekanan diplomatik akhirnya memaksa presiden Pakistan
Pervez Musharraf menjadikan Khan tahanan rumah.
The Nuclear Jihadist menuliskan
perjalanan Khan secara detail. Suami istri Frantz dan Collins yang
menulis laporan itu menghabiskan empat tahun perjalanan ke seluruh
dunia, mewawancari pejabat intelejen dan mantan teman dan kolega
Khan.
Saat perang berdarah 1947, Khan muda
meninggalkan keluarganya di Bhopal India ke negara muslim Pakistan.
Kekerasan yang dilihatnya selama di perjalanan dan penderitaan yang
dialami, menimbulkan kemarahan besar pada India.
Setelah mengecap pendidikan di
Jerman dan menikahi wanita Belanda, Khan mendapat kerja di perusahaan
Belanda yang berhubungan dengan pengayaan uranium. Sebuah proses
untuk menghasilkan energi nuklir, yang dengan mudah juga dapat diubah
menjadi senjata nuklir.
Frantz and Collins menggambarkan
pasukan Pakistan yang gagal merdeka dari India pada 1965 membuat
kebencian Khan makin memuncak. Khan bertekad mengubah politik
Pakistan seperti ditulis dalam biografinya yakni ingin membuat
Pakistan sangat kuat dan tidak akan mengalami trauma dikuasai India.
Beruntung sekali waktu kembalinya
Khan dari Belanda ke Pakistan berbarengan dengan pengembangan nuklir
India. Saat India memiliki kemampuan nuklir pada 1974, tidak ada
alasan untuk melarang Pakistan memiliki kemampuan serupa, bom harus
dengan bom.
Tapi saat Khan tida di Pakistan,
masa depan nuklir negara itu sedang terancam. Kanada telah
menghentikan pasokan spare part untuk reaktor nuklir di Karachi dan
Prancis mendapat tekanan internasional untuk membatalkan rencana
penjualan pabrik pemrosesan ke Pakistan. Hal itu membuka peluang Khan
dan menjadikannya sebagai pahlawan.
Dengan sepengetahuan koleganya, dia
membawa cetak biru, foto dan daftar pemasok. Kemudian bersama istri
dan anak perempuannya kembali ke Pakistan untuk membangun kemampuan
bom nuklir Pakistan.
Dia kemudian berhasil membuat bom
nuklir pada akhir 1980 di luar perkiraan ahli barat. Para pakar
menggambarkan Pakistan pada masa itu untuk membuat jarum jahit atau
sepeda berkualitas bagus saja dianggap tidak mampu, apalagi membuat
teknologi tinggi untuk pengayaan uranium.
Jihadist menyebut Khan membangun
jaringan pasar gelap untuk menjual teknologi rahasia nuklir Pakistan
ke negara semacam Iran, Libya, Korea utara juga negara yang tidak
diketahui. Jihadist juga menyebut ilmuwan nuklir Pakistan ini bertemu
dengan Osama bin Laden untuk membuat bom.
Referensi :
-
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4389205
Biografi Abu Wafa – Sang
Matematikawan Jenius
Ahli matematika Muslim fenomenal di era
keemasan Islam ternyata bukan hanya Al-Khawarizmi. Pada abad ke-10 M,
peradaban Islam juga pernah memiliki seorang matematikus yang tak
kalah hebat dibandingkan Khawarizmi. Matematikus Muslim yang namanya
terbilang kurang akrab terdengar itu bernama Abul Wafa Al-Buzjani.
“Ia adalah salah satu matematikus terhebat yang dimiliki perabadan
Islam,” papar Bapak Sejarah Sains, George Sarton dalam bukunya
bertajuk Introduction to the History of Science.
Abul Wafa adalah seorang saintis
serba bisa. Selain jago di bidang matematika, ia pun terkenal sebagai
insinyur dan astronom terkenal pada zamannya.
Kiprah dan pemikirannya di bidang
sains diakui peradaban Barat. Sebagai bentuk pengakuan dunia atas
jasanya mengembangkan astronomi, organisasi astronomi dunia
mengabadikannya menjadi nama salah satu kawah bulan. Dalam bidang
matematika, Abul Wafa pun banyak memberi sumbangan yang sangat
penting bagi pengembangan ilmu berhitung itu.
“Abul Wafa dalah matematikus
terbesar di abad ke 10 M,” ungkap Kattani. Betapa tidak. Sepanjang
hidupnya, sang ilmu wan telah berjasa melahirkan sederet inovasi
penting bagi ilmu matematika. Ia tercatat menulis kritik atas
pemikiran Eucklid, Diophantos dan Al-Khawarizmisayang risalah itu
telah hilang. Sang ilmuwanpun mewariskan Kitab Al-Kami (Buku Lengkap)
yang membahas tentang ilmu hitung (aritmatika) praktis. Kontribusi
lainnya yang tak kalah penting dalam ilmu matematika adalah Kitab
Al-Handasa yang mengkaji penerapan geometri. Ia juga berjasa besar
dalam mengembangkan trigonometri.
Abul Wafa tercatat sebagai
matematikus pertama yang mencetuskan rumus umum si nus. Selain itu,
sang mate ma tikus pun mencetuskan metode baru membentuk tabel sinus.
Ia juga membenarkan nilai sinus 30 derajat ke tempat desimel
kedelapan. Yang lebih menga gumkan lagi, Abul Wafa mem buat studi
khusus tentang ta ngen serta menghitung se buah tabel tangen.
Jika Anda pernah mempelajari
matematika tentu pernah mengenal istilah secan dan co secan.
Ternyata, Abul Wafalah yang pertama kali memperkenalkan istilah
matematika yang sangat penting itu. Abu Wafa dikenal sangat jenius
dalam bi dang geometri. Ia mampu me nyelasikan masa lah-masalah
geometri dengan sangat tang kas.
Buah pemikirannya dalam matematika
sangat berpengaruh di dunia Barat. Pada abad ke-19 M, Baron Carra de
Vaux meng ambil konsep secan yang dicetuskan Abul Wafa. Sayangnya, di
dunia Islam justru namanya sangat jarang terdengar. Nyaris tak
pernah, pelajaran sejarah peradaban Islam yang diajarkan di Tanah Air
mengulas dan memperkenalkan sosok dan buah pikir Abul Wafa. Sungguh
ironis.
Sejatinya, ilmuwan serbabisa itu
bernama Abu al-Wafa Muhammad Ibn Muhammad Ibn Yahya Ibn Ismail Ibn
Abbas al-Buzjani. Ia terlahir di Buzjan, Khurasan (Iran) pada tanggal
10 Juni 940/328 H. Ia belajar matematika dari pamannya bernama Abu
Umar al- Maghazli dan Abu Abdullah Muhammad Ibn Ataba. Sedangkan,
ilmu geometri dikenalnya dari Abu
Yahya al-Marudi dan Abu al-Ala’
Ibn Karnib.
Abul Wafa tumbuh besar di era
bangkitnya sebuah dinasti Islam baru yang berkuasa di wilayah Iran.
Dinasti yang ber nama Buwaih itu berkuasa di wilayah Persia — Iran
dan Irak ñ pada tahun 945 hingga 1055 M. Kesultanan Buwaih
menancapkan benderanya di antara periode peralihan kekuasaan dari
Arab ke Turki. Dinasti yang berasal dari suku Turki itu mampu
menggulingkan kekuasaan Dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad
pada masa kepemim -pinan Ahmad Buyeh.
Dinasti Buwaih memindahkan ibu kota
pemerintahannya ke Baghdad saat Adud Ad-Dawlah berkuasa dari tahun
949 hingga 983 M. Pemerintahan Adud Ad- Dawlah sangat mendukung dan
memfasilitasi para ilmuwan dan seniman.
Dukungan itulah yang membuat Abul
Wafa memutuskan hijrah dari kampung halamannya ke Baghdad. Sang
ilmuwan dari Khurasan ini lalu memutuskan untuk mendedikasikan
dirinya bagi ilmu pengetahuan di istana Adud ad-Dawlah pada tahun 959
M. Abul Wafa bukanlah satusatunya matematikus yang mengabdikan
dirinya bagi ilmu pengetahuan di istana itu.
Matematikus lainnya yang juga
bekerja di istana Adud ad-Dawlah antara lain; Al- Quhi dan Al-Sijzi.
Pada tahun 983 M, suksesi kepemimpinan terjadi di Dinasti Buwaih.
Adyd ad-Dawlah digantikan puteranya bernama Sharaf ad-Dawlah. Sama
seperti sang ayah, sultan baru itu juga sangat mendukung perkembangan
matematika dan astronomi. Abul Wafa pun makin betah kerja di istana.
Kecintaan sang sultan pada astronomi
makin memuncak ketika dirinya ingin membangun sebuah observatorium.
Abul Wafa dan temannya Al-Quhi pun mewujudkan ambisi sang sulatan.
Obser vatorium astronomi itu dibangun di taman is tana sultan di kota
Baghdad. Kerja keras Abul Wafa pun berhasil. Observatorium itu secara
resmi dibuka pada bulan Juni 988 M.
Untuk memantau bintang dari
observatorium itu, secara khusus Abul Wafa membangun kuadran dinding.
Sayang, observatorium tak bertahan lama. Begitu Sultan Sharaf
ad-Dawlah wafat, observatorium itu pun lalu ditutup. Sederet karya
besar telah dihasilkan Abul Wafa selama mendedikasikan dirinya di
istana sultan Buwaih.
Beberapa kitab bernilai yang
ditulisnya antara lain; Kitab fima Yahtaju Ilaihi al- Kuttab wa
al-Ummal min ‘Ilm al-Hisab sebuah buku tentang aritmatika. Dua
salinan kitab itu, sayangnya tak lengkap, kini berada di perpustakaan
Leiden, Belanda serta Kairo Mesir. Ia juga menulis “Kitab
al-Kamil”.
Dalam geometri, ia menulis “Kitab
fima Yahtaj Ilaih as-Suna’ fi ‘Amal al-Handasa”. Buku itu
ditulisnya atas permintaan khusus dari Khalifah Baha’ ad Dawla.
Salinannya berada di perpustakaan Masjid Aya Sofya, Istanbul. Kitab
al-Majesti adalah buku karya Abul Wafa yang paling terkenal dari
semua buku yang ditulisnya. Salinannya yang juga sudah tak lengkap
kini tersimpan di Perpustakaan nasional Paris, Pran cis.
Sayangnya, risalah yang di buatnya
tentang kritik terha dap pemikiran Euclid, Diophantus serta
Al-Khawarizmi sudah musnah dan hilang. Sungguh peradaban modern
berutang budi kepada Abul Wafa. Hasil penelitian dan karya-karyanya
yang ditorehkan dalam sederet kitab memberi pengaruh yang sangat
signifikan bagi pengembangan ilmu pengetahun, terutama trigonometri
dan astronomi.
Sang matematikus terhebat di abad
ke-10 itu tutup usia pada 15 Juli 998 di kota Baghdad, Irak. Namun,
hasil karya dan pemikirannya hingga kini masih tetap hidup.
Abadi di Kawah Bulan
Abul Wafa memang fenomenal. Meski di
dunia Islam modern namanya tak terlalu dikenal, namun di Barat
sosoknya justru sangat berkilau. Tak heran, jika sang ilmuwan Muslim
itu begitu dihormati dan disegani. Orang Barat tetap menyebutnya
dengan nama Abul Wafa. Untuk menghormati pengabdian dan dedikasinya
dalam mengembangkan astronomi namanya pun diabadikan di kawah bulan.
Di antara sederet ulama dan ilmuwan
Muslim yang dimiliki peradaban Islam, hanya 24 tokoh saja yang
diabadikan di kawah bulan dan telah mendapat pengakuan dari
Organisasi Astronomi Internasional (IAU). Ke-24 tokoh Muslim itu
resmi diakui IAU sebagai nama kawah bulan secara bertahap pada abad
ke-20 M, antara tahun 1935, 1961, 1970 dan 1976. salah satunya Abul
Wafa.
Kebanyakan, ilmuwan Muslim
diadadikan di kawah bulan dengan nama panggilan Barat. Abul Wafa
adalah salah satu ilmuwan yang diabadikan di kawah bulan dengan nama
asli. Kawah bulan Abul Wafa terletak di koordinat 1.00 Timur, 116.60
Timur. Diameter kawah bulan Abul Wafa diameternya mencapai 55 km.
Kedalaman kawah bulan itu mencapai 2,8 km.
Lokasi kawah bulan Abul Wafa
terletak di dekat ekuator bulan. Letaknya berdekatan dengan
sepasangang kawah Ctesibius dan Heron di sebelah timur. Di sebelah
baratdaya kawah bulan Abul Wafa terdapat kawah Vesalius dan di arah
timur laut terdapat kawah bulan yang lebih besar bernama King.
Begitulah dunia astronomi modern mengakui jasa dan kontribusinya
sebagai seorang astronom di abad X.
Matematika Ala Abul Wafa
Salah satu jasa terbesar yang
diberikan Abul Wafa bagi studi matematika adalah trigo no metri.
Trigonometri berasal dari kata trigonon = tiga sudut dan metro =
mengukur. Ini adalah adalah sebuah cabang matematika yang berhadapan
dengan sudut segi tiga dan fungsi trigo no met rik seperti sinus,
cosinus, dan tangen.
Trigonometri memiliki hubungan
dengan geometri, meskipun ada ketidaksetujuan tentang apa
hubungannya; bagi beberapa orang, trigonometri adalah bagian dari
geometri. Dalam trigonometri, Abul Wafa telah memperkenalkan fungsi
tangen dan memperbaiki metode penghitungan tabel trigonometri. Ia
juga tutur memecahkan sejumlah masalah yang berkaitan dengan
spherical triangles.
Secara khusus, Abul Wafa berhasil
menyusun rumus yang menjadi identitas trigonometri. Inilah rumus yang
dihasilkannya itu:
sin(a + b) = sin(a)cos(b) +
cos(a)sin(b)
cos(2a) = 1 – 2sin2(a)
sin(2a) = 2sin(a)cos(a)
Selain itu, Abul Wafa pun berhasil
membentuk rumus geometri untuk parabola, yakni:
x4 = a and x4 +
ax3 = b.
Rumus-rumus penting itu hanyalah secuil hasil pemikiran
Abul Wafa yang hingga kini masih bertahan. Kemampuannya menciptakan
rumus-rumus baru matematika membuktikan bahwa Abul Wafa adalah
matematikus Muslim yang sangat jenius.
Referensi :
-
http://archive.kaskus.us/thread/3450909/20
Seri Biografi Tokoh Islam: Ibnu
Sina
Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia
Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran
Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan). Beliau juga
seorang penulis yang produktif dimana sebagian besar karyanya adalah
tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah
“Bapak Pengobatan Modern” dan masih banyak lagi sebutan baginya
yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang
kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib yang
merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Karya
Ibnu Sina, fisikawan terbesar Persia abad pertengahan , memainkan
peranan penting pada Pembangunan kembali Eropa. Ibnu Sina, Abū ‘Alī
al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā (Persia
ابوعلى
سينا Abu Ali Sina atau dalam tulisan arab :
أبو
علي الحسين بن عبد الله بن سينا)
sering dilatinkan Ibnu Sina adalah seorang Persia, fisikawan,
filosofis, dan ilmuwan yang lahir pada 980 di Afsyahnah daerah dekat
Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Persia), dan meninggal
pada bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran).
Dia adalah
pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak
diantaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap
oleh banyak orang sebagai “bapak kedokteran modern.” George
Sarton menyebut Ibnu Sina “ilmuwan paling terkenal dari Islam dan
salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan
waktu.” pekerjaannya yang paling terkenal adalah The Book of
Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun
(judul lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).
Awal Kehidupan
Kehidupannyan
dikenal lewat sumber – sumber berkuasa. Suatu autobiografi membahas
tiga puluh tahun pertama kehidupannya, dan sisanya didokumentasikan
oleh muridnya al-Juzajani, yang juga sekretarisnya dan temannya.
Ibnu
Sina lahir pada tahun 370 (H) / 980 (M) di rumah ibunya Afshana,
sebuah kota kecil sekarang wilayah Uzbekistan (bagian dari Persia).
Ayahnya, seorang sarjana terhormat Ismaili, berasal dari Balkh
Khorasan, dan pada saat kelahiran putranya dia adalah gubernur suatu
daerah di salah satu pemukiman Nuh ibn Mansur, sekarang wilayah
Afghanistan (dan juga Persia). Dia menginginkan putranya dididik
dengan baik di Bukhara.
Meskipun secara tradisional dipengaruhi
oleh cabang Islam Ismaili, pemikiran Ibnu Sina independen dengan
memiliki kepintaran dan ingatan luar biasa, yang mengizinkannya
menyusul para gurunya pada usia 14 tahun.
Ibn Sina dididik dibawah
tanggung jawab seorang guru, dan kepandaiannya segera membuatnya
menjadi kekaguman diantara para tetangganya; dia menampilkan suatu
pengecualian sikap intellectual dan seorang anak yang luar biasa
kepandaiannya / Child prodigy yang telah menghafal Al-Quran pada usia
5 tahun dan juga seorang ahli puisi Persia. Dari seorang pedagan
sayur dia mempelajari aritmatika, dan dia memulai untuk belajar yang
lain dari seorang sarjana yang memperoleh suatu mata pencaharian dari
merawat orang sakit dan mengajar anak muda.
Meskipun bermasalah
besar pada masalah – masalah metafisika dan pada beberapa tulisan
Aristoteles. Sehingga, untuk satu setengah tahun berikutnya, dia juga
mempelajari filosofi, dimana dia menghadapi banyak rintangan. pada
beberapa penyelidikan yang membingungkan, dia akan meninggalkan buku
– bukunya, mengambil air wudhu, lalu pergi ke masjid, dan terus
sholat sampai hidayah menyelesaikan kesulitan – kesulitannya. Pada
larut malam dia akan melanjutkan kegiatan belajarnya, menstimulasi
perasaannya dengan kadangkala segelas susu kambing, dan meskipun
dalam mimpinya masalah akan mengikutinya dan memberikan solusinya.
Empat puluh kali, dikatakan, dia membaca Metaphysics dari
Aristoteles, sampai kata – katanya tertulis dalam ingatannya;
tetapi artinya tak dikenal, sampai suatu hari mereka menemukan
pencerahan, dari uraian singkat oleh Farabi, yang dibelinya di suatu
bookstall seharga tiga dirham. Yang sangat mengagumkan adalah
kesenangannya pada penemuan, yang dibuat dengan bantuan yang dia
harapkan hanya misteri, yang mempercepat untuk berterima kasih kepada
Allah SWT, dan memberikan sedekah atas orang miskin.
Dia
mempelajari kedokteran pada usia 16, dan tidak hanya belajar teori
kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada orang sakit, melalui
perhitungannya sendiri, menemukan metode – metode baru dari
perawatan. Anak muda ini memperoleh predikat sebagai seorang
fisikawan pada usia 18 tahun dan menemukan bahwa “Kedokteran
tidaklah ilmu yang sulit ataupun menjengkelkan, seperti matematika
dan metafisika, sehingga saya cepat memperoleh kemajuan; saya menjadi
dokter yang sangat baik dan mulai merawat para pasien, menggunakan
obat – obat yang sesuai.” Kemasyuran sang fisikawan muda menyebar
dengan cepat, dan dia merawat banyak pasien tanpa meminta
bayaran.
Pekerjaan pertamanya menjadi fisikawan untuk emir, yang
diobatinya dari suatu penyakit yang berbahaya. Majikan Ibnu Sina
memberinya hadiah atas hal tersebut dengan memberinya akses ke
perpustakaan raja Samanids, pendukung pendidikan dan ilmu. Ketika
perpustakaan dihancurkan oleh api tidak lama kemudian, musuh –
musuh Ibnu Sina menuduh din oa yang membakarnya, dengan tujuan untuk
menyembunyikan sumber pengetahuannya. Sementara itu, Ibnu Sina
membantu ayahnya dalam pekerjaannya, tetapi tetap meluangkan waktu
untuk menulis beberapa karya paling awalnya.
Ketika Ibnu Sina
berusia 22 tahun, ayahnya meninggal.Samanid dynasty menuju
keruntuhannya pada Desember 1004. Ibnu Sina menolak pemberian Mahmud
of Ghazni, dan menuju kearah Barat ke Urgench di Uzbekistan modern,
dimana vizier, dianggap sebagai teman seperguruan, memberinya gaji
kecil bulanan. Tetapi gajinya kecil, sehingga Ibnu Sina mengembara
dari satu tempat ke tempat lain melalui distrik Nishapur dan Merv ke
perbatasan Khorasan, mencari suatu opening untuk bakat – bakatnya.
Shams al-Ma’äli Qäbtis, sang dermawan pengatur Dailam, seorang
penyair dan sarjana, yang mana Ibn Sina mengharapkan menemukan tempat
berlindung, dimana sekitar tahun (1052) meninggal dibunuh oleh
pasukannya yang memberontak. Ibnu Sina sendiri pada saat itu terkena
penyakit yang sangat parah. Akhirnya, di Gorgan, dekat Laut Kaspi,
Ibnu Sina bertamu dengan seorang teman, yang membeli sebuah ruman
didekat rumahnya sendiri idmana Ibnu Sina belajar logika dan
astronomi. Beberapa dari buku panduan Ibnu Sina ditulis untuk orang
ini ; dan permulaan dari buku Canon of Medicine juga dikerjakan
sewaktu dia tinggal di Hyrcania.
BERI MASUKAN GAN !! DI POS COMENT